Hasil belajar membaca dengan Metode pembelajaran bahasa yang sekaligus menggunakan alat peraga, yang disebut Struktur Analitik Sintesis (SAS) Bahasa Indonesia tersebut dianggap menyenangkan bagi siswa Sekolah Dasar.
Di Tahun 1980-an salah satu yang menggunakan sistem tersebut adalah Siti Rahmani Rauf yang lahir di Padang, Hindia Belanda, 5 Juni 1919; umur 96 tahun, seorang pendidik dan penulis buku peraga pelajaran Bahasa Indonesia Ini Budi pada era 1980-an dengan menggunakan tokoh Budi yang kemudian menjadi terkenal di Indonesia.
Buku peraga Ini Budi yang sangat populer itu kemudian digunakan di hampir seluruh kota di Indonesia. “Ini Budi, ini ibu Budi, ini bapak Budi” menjadi kalimat yang terkenal pada era 1980 – 1990-an.
Siti Rahmani yang telah mengajar sebagai guru sejak tahun 1937 itu mengerjakan buku tersebut pada awal tahun 1980-an setelah ditawarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ketika ia sudah pensiun sebagai Kepala Sekolah SDN Tanah Abang 5,Jakarta Pusat, pada tahun 1976. Tawaran tersebut ia terima tanpa meminta bayaran, semata-mata karena kecintaannya pada dunia pendidikan.
Nenek Siti adalah seorang lulusan sekolah pada zaman Belanda di Padang Panjang, pada 1936 silam. Begitu lulus, ia langsung diangkat sebagai guru di sekolah belanda (nenek Siti menuliskan nama sekolah, tapi oleh saya tidak terbaca) di Padang kota.
Ternyata ia sosok yang hobi menulis termasuk cerpen dan sajak. Tulisannya itu ia kirimkan ke surat kabar dan majalah. Salah satu cerpennya, pernah dimuat di Femina.
Tapi pengakuan nenek Siti, kini aktifitasnya itu terhalang oleh kemampuannya menggunakan teknologi komputer. Penerbit-penerbit selalu meminta naskah-naskah yang dicetak dengan mesin tulis. Sedangkan saya sebagai orang zaman dulu tidak bisa mengetik dan tidak punya mesin ketik. Banyak ide-ide saya hanya terkumpul dalam otak.
Penulis buku bacaan SD “Ini Budi” di era tahun 1980an, meninggal dunia pada Selasa 10 Mei 2016. Nenek Rauf sapaan akrab almarhumah meninggal pada sekitar pukul 21.20 WIB di usia 97 tahun. Nenek RaufĂ‚ memang sudah sejak lama mengidap penyakit dan hanya bisa tergolek lemah di rumahnya.
Semoga Perjalanan hidup Nenek Rauf ini dapat menjadi teladan, inspirasi bagi kita.
And this is the real teacher…. “Guru Tanpa Tanda Jasa”….
Ref:
rachmawan.wordpress.com
wikipedia.org